Membangun Sinergisitas
Gerakan menuju Kejayaan PMII Pati
PMII
adalah organisasi kemahasiswaan yang memfokuskan diri pada ranah kaderisasi. Sebagai organisasi yang
memfokuskan garapan pada kaderisasi di lingkungan mahasiswa, maka PMII harus
mengedepankan habitat asal mahasiswa itu sendiri, yaitu akademis. Sebagai kaum
akademisi, konsekuensi logisnya adalah mahasiswa harus bersifat serba ilmiah
yang mengedepankan rasionalitas dalam bertindak.
PMII
sebagai organisasi ekstra kampus yang bergerak diluar lingkungan kampus,
mempunyai tanggung jawab untuk mengawal hal-hal yang terjadi di masyarakat.
Bila dipahami secara sederhana, mungkin antara tugas mahasiswa dan PMII
bertolak belakang. Namun bila kita jeli dalam mencermati hubungan antara
mahasiswa dan PMII, kita akan menemukan hubungan yang sangat erat antara
keduanya.
Sebagai
aktivis yang punya tugas suci memperjuangkan hak-hak masyarakat yang sering
kali didzolimi oleh para penguasa dengan peraturan dan perundang-undangan, maka
mahasiswa aktivis (PMII) perlu menggabungkan antara tugas pokok mahasiswa
(akademisi) dan tugas suci organisasi (pembela hak rakyat). Sebagai aktivis
yang memperjuangkan rakyat, maka PMII dituntut untuk menjadi aktivis yang
akademis, yang mana segala tindakan dan strateginya harus serba ilmiah,
sehingga segala tindakannya tidak berangkat dari ruang kosong, namun lahir dari
ruang pemikiran yang mendasari kebijakan atau keputusan yang diambil. Oleh sebab itu, wajib kiranya
bagi sahabat-sahabati aktivis PMII selalu menggunakan kajian ilmiah dalam
bersikap, bertindak dan mengambil keputusan.
Ada
hal yang menarik dalam kegiatan sarasehan pergerakan yang diadakan oleh PMII Cabang
Pati tertanggal 29 April 2015. Bapak Khoiron, yang merupakan salahsatu anggota
Majelis Pembina Cabang dalam pemaparannya menyampaikan bahwa seorang aktivis,
terutama PMII harus mempunyai tiga hal dalam dirinya untuk mencapai kesuksesan.
Adapun tiga point itu adalah keilmuan (akademis), keberanian, dan
strategi.
Pertama,
keilmuan, kader PMII sebagai mahasiswa sudah kodratnya harus mempunyai sifat
imiah. Jadi meskipun menjadi seorang aktivis, kader PMII juga mengemban tugas
menyelesaikan studi keilmuannya. Kelulusan sesuai waktu perkuliahan terkadang dijadikan sebagai
tolok ukur untuk menilai tingkat akademisi seseorang. Adapula yang menyebutkan
bahwa lulus tepat waktu juga sebagai tolok ukur keilmuan seseorang juga.
Penulis sepakat mengenai pendapat yang kedua , bahwa aktivis akan lebih
dikatakan berhasil jika dia juga menyelesaikan studi perkuliahannya tepat
waktu. Namun ada keambiguan dari beberapa orang mengenai lulus tepat waktu. Ada
yang berpendapat bahwa lulus tepat waktu adalah mahasiswa lulus atau selesai
kuliah sesuai jadwal akademik, seperti semeseter delapan sudah skripsi dan
wisuda. Namun ada juga yang berpendapat lain, bahwa lulus tepat waktu adalah
keluylusan yang direncanakan, jadi lulus kuliah menyabet gelar sarjana sesuai
target atau memang sudah waktunya
mahasiswa siap keluar dari kampus atau status mahasiswa dan siap pula membaur
dengan masyarakat, juga termasuk pekerjaan atau kegiatan apa yang akan ia
lakukan paska keluar dari kampus. Namun, hakikinya yang menjadi tolok ukur
tingkat keilmuan seseorang adalah, bagaimana tindakan dan ucapannya itu
dilandasi dengan keilmuan.
Kedua
keberanian, sebagai kader yang ditempa di PMII melalui pelatihan dan
forum-forum diskusi maka kader PMII harus berani. Berani menjadi MODIN,
(motifator, dinamisator dan inovator).
Berani karena kebenaran adalah sumber kekuatan dan keberanian yang harus
selalu dipegang teguh oleh kader PMII. Dengan keilmuan yang dimiliki, maka
dapat dijadikan sebagai pondasi untuk
menopang keberaniannya. Jadi tindakannya
selalu didasari dengan keilmuan, bukan atas dasar keinginan atau emosional
semata.
Ketiga
kader PMII dalam bergerak harus mempunyai strategi atau taktik. Hal ini
dimaksudkan bahwa kader PMII harus mempunyai strategi atau cara yang paling
tepat dari beberapa strategi yang ditawarkan yang tentunya sesuai dengan Nilai
Dasar Pergerakan, Manhajul Fikr, dan produk hukum PMII lainnya. Strategi disini
juga dimaksudkan untuk memudahkan PMII dalam bergerak dan meminimalisir
kesalahan.
Hal
yang tidak kalah penting yang harus ada dalam keuarga besar PMII adalah adanya
hubungan harmonis atau sinergisitas antara alumni, kader, anggota dan segenap
pengurus di semua tingkatan. Kesepahaman
pemikiran antara semua keluarga besar PMII menjadi hal yang niscaya
untuk mencapai kejayaan. Dimana antara unsur yang satu dengan usur yang lainnya
harus saling bahu membahu, saling bantu-membantu, saling tolong menolong, dan
saling melindungi . hal itu akan menjadi modal yang sangat besar untuk
menjalankan organisasi.
Bayangkan
jika semua elemen yang ada di PMII saling bahu-membahu untuk menuju sebuah
peradaban yang didambakan. Dari unsur alumni, alumni harus senantiasa menjadi
sahabat yang baik untuk para kader, anggota dan pengurus dalam hal pemikiran
dan memberikan masukan atau penyelesaian permasalahan di PMII, termasuk juga
ikut memikirkan masalah finansial. Dari unsur kader dan anggota, kader dan
anggota harus tahu posisi dan tahu kemampuan. Peningkatan kualitas individu
wajib dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk menyiapkan generasi yang berkualitas
yang nantinya dapat dijadikan atau digadang-gadang untuk menjadi sosok yang
didambakan dan siap ditempatkan di posisi yang telah ditentukan. Dari unsur
pengurus di semua tingkatan, harus dapat menjalankan amanah yang diemban,
termasuk mensinergiskan hubungan dan pemikiran dari semua elemen PMII. Unsur
pengurus menjadi sangat penting, karena menjadi penjembatan antara alumni dan
kader serta anggota. Pengurus juga harus membuat formula kaderisasi atau
membuatkan kawah condrodimuko bagi kader
dan anggota untuk menyiapkan kader-kader dan generasi sesuai cita-cita
organisasi dan bangsa.
Posting Komentar